Dongeng sebelum tidur:belajar dari sang pemalas dan sang pekerja keras

Alkisah di sebuah daerah terdapat sebagian penduduknya pekerja keras dan sebagian pemalas. Setiap hari sang pekerja keras sudah bangun pada waktu subuh untuk mulai beraktifitas dan bersiap-siap mengelola tanah di daerah itu menjadi kebun, ladang, dan sawah. Mereka bekerja keras tidak kenal lelah. Sementara itu sang pemalas, hanya tahu duduk mengobrol dan mereka berprinsip yang penting cukup untuk makan hari ini dan kalaupun uang mereka lebih mereka memilih membeli minuman keras, rokok, dan bersenang-senang. Anak-anak mereka tidak didik untuk bekerja keras bahkan untuk rajin ke sekolahpun mereka diejek. Kata mereka "untuk apa sekolah, sudah ada Presiden, sudah ada Bupati, kepala dinas, guru, dokter, dll. 
Sebagian orang mengorbankan banyak hal untuk dapat berhasil mengelola lahan yang gersang sementara sebagian orang tidak mau bersusah payah dan memilih bersantai.
Akhirnya tibalah suatu masa dimana sang pekerja keras berhasil dengan lahan mereka. Mereka kemudian hidup berkelimpahan. Mereka mulai membangun rumah-rumah mereka dengan indahnya. Mereka mulai menikmati hasil kerjanya. Anak-anak mereka kini menjadi kaum terdidik dan berhasil. Sementara itu sang pemalas tetap hidupnya biasa-biasa saja, tidak ada perubahan, tetap tinggal di rumah mereka yang makin hari makin kelihatn kusam dan kumuh di antara bangunan-bangunan megah. Mereka menjadi iri. Anak-anak mereka yang sulit mendapatkan pekerjaan menjadi bersungut-sungut dan menyalahkan pemerinta yang katanya tidak adil terhadap mereka. Terjadilah ketimpangan di daerah itu. Seperti nampak terlihat yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin. Setiap saat terjadi pemberontakan dan kemudian sang pemalas mendapati fakta bahwa sang pekerja keras ini ternyata pendatang dari daerah sebelah. Muncullah propaganda bahwa tanah yang mereka kelolah tersebut harus dikembalikan kepada mereka. Tentu saja sang pekerja keras membelah diri dan terjadilah perebutan paksa. Mereka akhirnya berperang. Kemenangan ada pada sang pemalas. Sang pekerja keras dengan terpaksa menyebrang kembali ke daerahnya. Untunglah anak-anak mereka sudah sukses ditempat kerjanya masing-masing sehingga orang tua mereka tidak harus kelaparan. Sang pekerja keras kemudian memesan kepada anak-anaknya untuk hidup sederhana di rantauan orang. Untuk tidak membangun rumah yang bagus-bagus di negeri orang. Untuk menyimpan hartanya di daerahnya dan membangun di daerahnya.

(Hasil khayalan saya sendiri hehehe)

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah Lahirnya dan arti kata “Kristen”

A Philosophy of Second Language Acquisition (MARYSIA JOHNSON)

PRONOUNS OF POWER AND SOLIDARITY