Sejarah Lahirnya dan arti kata “Kristen”
Diadaptasi dari buku “Lepas
dari Belenggu” karangan Dr.Nabeel T Jabbour”
Istilah
“Kristen” muncul 2000 tahun yang lalu, dan telah terakumulasi maknanya selama
20 Abad. Istilah tersebut sebenarnya digunakan hanya 3 kali dalam kitab suci.
Dalam Kisah Para Rasul, kitab yang menceritakan secara rinci kehidupan
orang-orang pertama yang percaya kepada Al-Masih beberapa waktu setelah
kematian-Nya, kita membaca: “mereka tinggal bersama-besama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil
mengajar banyak orang. Di Anthiokhialah murid itu untuk pertama kalinya disebut
Kristen. Pada waktu itu datanglah beberapa nabi dari Yerusalem ke Antiokhia
(Kisah 11:26-27)” orang-orang percaya di Antiokhia itu begitu senang
menggenal Isa atau Yesus Kristus. Merekah sangat mengidolakan dan mencintai
DIA. Ajaran-ajaranNya sangat mempengaruhi mereka. Kelompok orang-orang inilah
yang kemudian disebut sebagai orang-orang Kristen ( Yesus atau Isa/ Al-Masih
dalam bahasa Yunani dikenal sebagai “Kristus”)
Kata
itu dipakai untuk kedua kalinya dalam Kisah 26:28:” Jawab Agripa, hampir-hampir
saja kau yakinkkan aku menjadi orang Kristen!” pada contoh kedua ini,
raja Agripa yang sedang menginterogasi Paulus, menggunakan kalimat itu dalam
kalimat seru. Ia membertahu Paulus “menurutmu dalam waktu yang singkat ini kamu
bisa meyakinkan saya untuk tergila-gila pada Yesus?”
Pada
contoh ketiga dan yang terakhir, kita melihat bahwa menjadi orang Kristen
berarti mengalami penganiyaan sebagai kaum minoritas: “janganlah ada diantara kamu yang
harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri, atau penjahat, atau pengacau.
Tetapi jika Ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu,
melainkkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu” (1 Petrus 4:15-16).
Orang Kristen membayar harga yang mahal ketika mereka menderita karena apa yang
mereka percayai.
Lebih
dari 29 Abad, kata “ kekristenan” telah terakumulasi berlapis-lapis dan artinya
sudah menjadi sangat berbeda dengan yang mula-mula. Menurut buku Christian
Jihad, dari tahun 30-324 M, orang Nasrani dianiya sebagai kaum minoritas,
tetapi kemudian mulailah masa akur antara pemerintah dan gereja, dan pada
akhirnya gereja mulai tunduk kepada pemerintah. Dari tahun 325-1000 M, gereja
dan pemerintah bekerja sama sebagai mitra, dan hubangan keduanya tampak
aman-aman saja. Orang Kristen dilindungi oleh pemerintah dan gereja memiliki
hubungan dengan pemerintah dalam sebuah “ikatan perkawinan yang tidak sah”
Dari
tahun 1000-1300, gereja menjadi bersifat politis dan sangat berkuasa. Selama
kurun waktu inilah Laskar Salib dan Inkuissi muncul. Gereja bertekad
menghancukan “kelompok-kelompok Nasrani penyeleweng” yang memisahkan diri dari
gereja. Gereja menjadi seorang “kekasih” bagi pemerintah. Kondisi ini memicu munculnya gerakan reformasi dan gerakan pencerahan.
Sebelum
Konstantin, para penganiaya orang Kristen adalah orang-orang kafir bangsa rum
yang selalu ingin menghalangi penyebaran kekristenanan. Pada zaman Nero (54-68
M), Decius (249-251 M) dan Diolectian (284-305 M), orang-orang Nasrani dilempar
ke Gua Singa, digantung sebagai lilin hidup, atau dipenggal lehernya.
Keadan berbanding terbalik pada
zaman Konstantin (312-337 M) dimana kekristenan diakui sebagai agama otantik. jika
sebelumnya kekristenan ditakuti dan dianiaya, maka pada masa itu, kekristenan
berubah menjadi sesuatu yang disukai dan dimanjakan kekaisaran, yang dahulu
menjadi musuh terkejam bagi kekristenan, kini berubah menjadi pendukung serta penganjur
terbesar. Para uskup nasrani saat itu mendampingi konstanti untuk berperang,
berdoa bagi keberhasilannya, dan menjaga nyawanya.
Seiring berjalannya waktu,
orang-orang yang tadinya teraniaya menjadi orang-orang yang menganiaya. Tak
sedikit diantara mereka bersukacita dengan kenyataan bahwa Konstantin secara
semangat mengabsahkan kekristenan sambil juga menghancurkan agama-agam lain.
Kekuatan gereja bergeser dari Allah ke pemerintahan. Laskar salib memerangi
orang-orang Islam dan Yahudi, dan hal itu berlangsung lama (1095-1291 M). dalam
kepicikanya, Paus Urbanus II terobsesi dengan kekuasaan. Ia berjanji bahwa
siapapun yang mengangkat lenganya melawan Islam berarti memasuki peperangan
suci dan akan diselamatkan. Kepada sang prajurit, dijanjikan keselamatan kekal
apabila mereka menumpahkan darah orang-orang kafir, ataupun mati dalam peperangan.
Paus Urbanus II tidak melihat potensi bahaya dari kesuksesannya. Pemilikan
kembali Yerusalem menjadi jauh lebih sulit. Kekejaman yang diilakkukan oleh
Laskar Salib betul—betul melanggar semua batas etika Kristen. Kebrutalan mereka
menjadi legenda.
Kisah itu terus berlanjut dan terus berlanjut hingga hari ini, kekristenan
dikelilingi berbagai lapisan dengan makna yang berbeda-beda. Berbagai lapisan
ini termasuk politik, ekonomi, sosial, psikologis, religious, budaya, dan lain
sebagainya.
Infi dari ajaran
Yesus Kristus kini telah terbungkus oleh lapisan-lapisan tersebut. Dalam
berbagai situasi, makna ajaran murni Yesus telah kabur. Banyak orang yang
melakukan tindakan-tidakan yang menyeleweng dengan berdalil agama. Dalam bayak
budaya, hikmat-hikmat budayalah yang
diikuti oleh gereja, jika ajaran kristus tak sesuai dengan budaya tertentu,
maka ajaran tersebut dianggap tidak relevan. Ironisnya, ajaran-ajaran atau
hikmat atau filosofi dunia saat ini yang menjadi tolak ukur kebenaran ajaran
Kristus.
Pertanyaan refleksi bagi gereja saat ini: apa yang sesungguhnya gereja sedang perjuangkan, pergerakan apa yang harus dilakukan untuk
mengembalikan ajaran murni Kristus. Gereja (berarti orang-orang Kristen) telah
didaulat Yesus sebagai surat-surat kristus yang dapat dibaca oleh bangsa yang
tidak mengenal Allah, tetapi kenyataannya, apakah yang telah dibaca oleh dunia
ini dari setiap pribadi yang menyandang nama Kristen?
Sejarah
buruk yang telah ditorehkan oleh gereja-gereja membuat sebagian besar orang tak
tertarik lagi pada pribadi Yesus dan ajaran-ajaraNya yang agung. Hal yang
sangat memprihatinkan, jika hinaan dan cemooh dari berbagi pihak, bermunculan di
berbagai belahan bumi. Apa yang dapat dilakukan gereja?
Yesus/Isa
atau Kristus/Al-Masih/Sang Juru Selamat sebagai sang Idola sepanjang masa telah mampu
mempengaruhi dan mengubahkan hidup banyak orang, namun dilain pihak ada sebagian besar orang yang
mengaku Kristen (artinya mengidolakan Yesus) akan tetapi munculnya banyak
idola-idola baru masa kini, membuat Yesus tergeser ke daftar idola mereka yang
kesekian. Gaya hidup, kebiasaan, penampilan, dari sang idola masa kini kadang
mengeser nilai-nilai moral kekristenan yang
dilakoni oleh orang-orang Kristen yang akhirnya diidentikkan sebagai
gaya hidup orang Kristen. Itulah yang terbaca. Baik buruknya sikap kita, itulah
yang terbaca di mata dunia.
Banyak
orang Kristen dengan bangga mengalungkan salib di leher, akan tetapi tidak
menunjukkan sikap yang mencerminkan makna salib, membuat dirinya tak menjadi
saksi Kristus yang sesungguhnya, sebaliknya bisa dikatakkan sebagai penghinaan
terhadap salib. Benarkah?
Jangan
mengaku Agnezius, Jika tidak kenal siapa Agnes, tidak tahu lagu-lagunya, tidak
tahu kesukaannya, gayanya, stylenya. Banyak fans-fans panatiknya mencontek
stylenya, bahkan membuat dirinya seperti
Agnes. Jangan mengaku mengidolakan/mengikut Yesus jika tidak tahu siapa Yesus,
apa yang diinginkaNya, dan bagaimana gaya hidupnya. Jangan mengaku fans panatik
Yesus/pengikut setiaNya jika tidak tahu caranya menghidupkan Yesus dalam dirimu.
Setiap
orang punya Idola, itu tidak salah, tetapi dari banyak idola, yang mana yang
betul-betul menginspirasi hidup ini. Kata Idola dalam Alkitab terjemahan Bahasa
Indonesia yang selalu aku baca, aku tidak menemukan larangan mengidolakan sesuatu atau orang, tapi dalam Alkitab New Internasion Version (NIV), saya
melihat kesepadanan antara Patung dengan idola.
“ You
shall not make for yourself an idol in the form of anything in heaven above, or
in earth beneath, or in the water below, You shall not bow down to them or
worship them…..” Exodus 20:4 (NIV). Jangan membuat bagimu patung (Idola) yang
menyerupai apapun yang ada di langit di bumi di bawah laut. Jangan sujud
menyembah atau beribadah kepadanya………”(keluran 20:4)
Idola
bukan hanya dalam wujud patung akan tetapi bisa dalam bentuk apapun, baik itu
berupa orang-orang yang kita anggap penting, harta kekayaan, pekerjaan, makanan,
dan sabagainya. Kadang kita meng-agung agungkan sesuatu tanpa kita sadar kalau
kita sudah mendewakan mereka. Kita lebih percaya pada apa yang kita lihat,
yang enak dipandang mata.
Sebagai orang Kristen, kitalah surat-surat Kristus yang
terbaca oleh semua, kita semua bertanggung jawab dalam memelihara kemurnian
ajaran Yesus. Jangan sampai gaya hidup kita membungkus inti ajaran Kristus dan
menorehkan sejarah yang buruk bagi perkembangan Kristen selanjutnya. Kita
bertanggung jawab mengeluarkan bungkusan yang telah di lilitkan oleh para umat
Kristen sebelumnya. Walau kita tidak pernah melihat dan memandang wajaNya,
mendengarNya berbicara secara langsung tentang visi dan misiNya bagi dunia,
tetapi kita menganalNya, mempercayaiNya, bahkan berharap padaNya. Hal yang luar
biasa kita lakukan dan hal ini hanya dapat bertahan jika kita memiliki Iman,
sebab “Iman adalah dasar dari segalah sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1)”
Comments
Post a Comment