Politik: apakah mayoritas masyarakat Indonesia sangat gampang dimanipulasi?

Nampaknya mayoritas masyarakat Indonesia  setuju dengan ide keberlanjutan daripada ide perubahan. Kalau  banyak yang harus dibenahi dan diperbaiki, itulah tugas PR bersama. Ada wakil-wakil rakyat yang menghabiskan banyak dana negara untuk membantu pemimpin serta ada pemimpin di setiap daerah, pegawai-pegawai negara. Ada publik yang mengontrol.

Ada suara-suara yang menyerukan kekuatiran akan nasib bangsa ini dengan kalimat kalimat pesimis serta mengandung unsur ancaman serta prediksi buruk. Bagi saya itu adalah suara-suara orang yang (hanya) merasa diri pintar namun nampaknya belum dewasa dalam berdemokrasi. Suara kemarahan dari mereka yang merasa diri waras namun sepertinya kurang merasakan penderitaan mayoritas masyarakat disekitarnya. Ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan belum bisa dikatakan telah menyentuh orang-orang bumi disekitarnya. Barangkali dia memimpikan hidup hanya dengan teman-temannya yang berpendidikan saja dan mengabaikan mereka yang hidupnya belum seberuntung dengannya.

Suara kaum yang menamakan diri intelektual namun tak pandai membaca kebutuhan masyarakat sekitarnya akan senantiasa pesimis dengan kemajuan negeri ini. Mereka akan menangisi opini dan prediksi dalam fikiran mereka akan adanya ancaman kemunduran negeri yang mereka cintai ini. Jika mereka meratap tanpa ikutan blusukan, maka ratapan tersebut akan senantiasa mewarnai perjalanan lima tahun kedepan.

Jika setiap orang senantiasa berusaha menunaikan kewajibannya, ada harapan bahwa negeri ini akan maju. Tak seharusnya hanya mencari celah tapi tidak punya solusi. Satahuku, ada miliaran dana penelitian dan pengabdian yang digelontorkan oleh pemerintah untuk kaum intelektual agar dapat ikut serta dalam memberikan kontribusi. Tak hanya itu, ada beasiswa yang telah membiayai ribuan anak bangsa setiap tahunnya. Ada harapan bahwa semua orang yang punya privilege untuk menikmati itu akan berkontribusi memperbaiki kehidupan para penerima bansos di masa yang akan datang. Jika hari ini mereka marah pada penerima bansos, seharusnya kemarahan itu menjadi pemicu bagi mereka untuk lebih bertanggung jawab lagi dalam menggunakan anggaran yang sudah dinikmati itu, senantiasa mengingatkan diri berkontribusi melalui tindakan bukan hanya melalui kata agar kedepan semua orang punya kesempatan yang sama dalam memiliki kepandaian. Agar di masa depan, bansos tak lagi dibutuhkan untuk berpolitik. Tak ada lagi masyarakat yang dapat dimanipulasi dengan iming-iming bantuan dan jabatan. Semua punya peran untuk memperjuangkan kesetaraan.

Rakyat Indonesia sudah memberikan pilihannya. Ikutilah pilihan mayoritas tanpa harus merendahkan status sosial dan pendidikan mereka. Sangat disayangkan bahwa ada yang sekolah tinggi-tinggi dan punya privilege lebih untuk mendapatkan ilmu dan kepandaian tapi kemudian saat melihat Quick Count, langsung menjelek-jelekkan sesamanya dari pemilih 02. Memberikan label "bodoh" kepada orang  yang berbeda pilihan dengan mereka. Tak seharusnya orang cerdas memberi label berdasarkan spekulasi.

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah Lahirnya dan arti kata “Kristen”

PRONOUNS OF POWER AND SOLIDARITY

Apa saranmu bagi anak baru masuk dunia kerja?