Analogi kehidupan
Menurut seorang yg bukan ahli bukan pakar belum prof. Jg belum Doktor, Imelda Mallipa (2013), hidup itu tidaklah seperti roda yang berputar akan tetapi hidup itu seperti tangga yang harus dinaiki.
Aku lebih senang memandang hidup sebagai sebuah perjalanan untuk mencapai sebuah tingkatan yang mendorongku untuk mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Aku berjalan menaiki sebuah tangga kehidupan. Aku selalu berusaha untuk melangkah melewati anak tangga dari yang satu ke tingkat berikutnya. Untuk nelewati setiap tingkatan anak tangga, kudapati tantangan-tantangan yang menandakan sebuah batas untuk melangkah. Aku tidak akan berada di atas tingkatan berikutnya sebelum berhasil melewati batas tersebut.
Dibutuhkan strategi yang tepat, ketekutan, kerja keras, dan kesabaran. Salah strategi akan membuat aku kesulitan bahkan bisah gagal. Bermalas-malasan membuat kakiku tertahan di tempat. Mencoba tapi tapi tak sepenuh hati akan membuat langkahku terhenti sebelum batas. Usaha keras tapi selalu mengeluh dan tidak konsisten membuatku mundur.
Aku bergerak menuju puncak kehidupan, sebuah goal yang harus kurahi, sebuah tujuan penciptaan diriku yang membuat ku unik diantara makhluk yang lainnya, sebuah kehidupan yang sudah dirancangkan oleh penciptaku.
Aku harus terus berjalan naik dan tak pernah turun. Aku tidak mau hidup seperti roda yang berputar yang mengombang-ambing hidupku untuk kadang di atas dan kadang di bawah.
Ketika aku mengalami kehidupan yang terpuruk, yang membuat aku harus kehilangan hal berharga yang kumiliki, itu bukan berarti hidupku sedang beradah di bawah, tetapi itu adalah masa dimana aku harus relah bayar harga untuk melewati tantangan dan mendapat sesuatu yang lebih berharga yang telah disiapkan di tingkatan hidup berikutnya.
Aku tahu, aku tidak berjalan sendiri. Aku butuh penolong yang menemaniku melewatinya. Tuhan menghadirkan orang-orang yang dapat menolong. Tuhan memperlengkapi aku dengan segalah yang kubutuhkan. Aku harus tahu benar bagaimana aku harus memakai dan memaknai semua yang ada.
Tangga kehidupanku adalah takdirku. Bagaimana aku harus berjalan di atasnya adalah pilihanku. Aku selalu berfikir seperti ini agar aku tahu bahwa Tuhan itu adil bagiku dan aku aku sadar betapa aku sangat istimewa.
Berhasil naik ketingkat berikutnya adalah sebuah pencapain dimasah sekarang tetapi tidak hidup tidak berhenti di sini. Masih ada tingkatan berikutnya. Berjalanlah terus tanpa lelah. Saar aku merasa lelah aku tahu itu yang menyadarkan dan mengingatkan aku untuk tidak pernah lepas dari tangan dan bahu yang kuat menopangku - Tuhan.
Comments
Post a Comment