kisah anak sekolah yang mencuri ayam di kampung sendiri
Ibu saya cerita bahwa suatu malam Beliau dan adek saya mendengar suara ayam seperti ada yang mencurinya. Adekku kemudiaaan bergegas untuk membuka pintu untuk memastikannya. Dia sempat melihat sesosok yang melompat kejalan tapi tidak mengenalinya. Dia melihat seorang sedang menstater motornya pas depan rumah dekat pohon durian kami. Adekku memutuskan untuk bertanya kepadanya, katanya "mutiro raka tu pia male mati' manera'pa' bawa manukku le?" (Kau lihat gak anak yang barusan kesitu bawah ayamku?)" anak yang ditanya ini membanting motornya dan berteriak " ah mutanda' na boko manukmu leee,, ....(ma'kadoro) tassu' ko mae kebarani ko ( sambil Dia ke arah rumah). Ibu saya yang sudah Tua ketakutan keluar dan berkata " tae' ra natanda' ko tu anak ku bokoi, me kutana ri" ( anak ku tidak tuduh kau mencurinya, just asking You). Tapi Dia sudah terlanjur emosi Dia kira di tuduh, Dia ngamuk dengan melempari batu rumah. Temannya yang lain bermunculan ikut2an marah tapi ada yang satu datang dan membawanya pergi. Mereka pulang sementara itu ibu dan adekku mengikuti jejaknya karena mereka fikir pasti mereka itu adalah orang siba'ta karena mendengar logat mereka, dan ternyata eh ternyata motor mereka (3 motor) semunya menuju ke siba'ta, ketahuanlah sudah asal mereka. Adekku kemudian mencari Tahu ( Dia punya informan yang juga teman mereka bertanya ke mereka, dan katanya mereka ngaku kalau mereka habis nyuri ayam di rumah itu - sambil menunjuk rumah kami). Adekku akhirnya tahu wajah mereka dan ternyata lagi mereka nhi masi anak sekola, sungguh terlalu, kecil2 dah jadi pencuri, gimana besarnya, ntar jadi komplotan perampok, hiiiii jangan sampai. Saat pengucapan syukur ibuku akhirnya dengar suara mereka sedang minum di rumah sebelah ( di rumah anaknya saudara ibu). Ibu mengeceknya dan ternyata benar itu mereka. Apa ini konspirasi? Entalah yang jelas ibu kecewa banget melihat anak dari saudarnya itu ternyata berteman dengan komplotan pencuri ayamnya. Ibu tidak perna bisa melaporkan mereka karena Dia gak punya bukti yang kuat, hanya bisa menyimpannya dan menceritakannya setiap saat kekami. Mereka ini seharusnya di nasehati. Saya berharap teman-teman sekampungnya, ibu atau saudara mereka bisa menasehati mereka agar jangan nyolong ayamnya orang kalo malam datang, kayak gak sekola aja, kayak tokongkongsono' (g punya apa-apa Biar untuk makan) aja, gak punya malu sama sekali, nyolong dikampung sendiiri, bukannya jagain Malah dicuriin. Mana rasa persaudaraannya (solidaritasnya)??? Dah nyuri ayamnya, lempari lagi batu rumah, hampir lagi memukul. Seandainya adek saya turun Dari rumah, mungkin mereka beramai-ramai memukulnya, miris membayangkanya. Tapi untung adekku gak ambil parang dan turun (Dia masih pada tingkat ke warasan penuh) coba orang lain, pasti dia dendam mereka dan balas dendam, tapi syukur adekku gak pake dengkul mikir, jadi Dia hanya lihat2tin mereka kalo lagi nongkrong di samping rumah. Dia gak suka cari masalah. Berharap mereka sadar....
Comments
Post a Comment