Apa lihat lihat, ada utang?

Apes banget si
Percaya tidak percaya, sebelum pergi ke kampus siang ini kelopak mata kiri sudah berkedip aneh, seperti diberikan tanda sesuatu yang buruk akan terjadi. Sebenarnya tidak mau percaya tapi entah kenapa memang terlintas firasat buruk.

Sata diperjalanan pulang, aku mencoba mengalihkan fikiran aku dari kekosongan karna merasa gagal memberikan performa terbaikku dalam tes hari ini.

Dalam kegalutan fikiranku, aku tetiba melihat cewek didepanku, posturnya mirip aku yang pendek. Entah kenapa aku memandanginya terus sambil berfikir apakah aku sependek itu. Tetiba masuklah seorang perempuan yang berpenampilan aneh di penglihatanku. Lamunanku berpindah melihatin pakaiannya yang menurut aku sangat berani dalam memadukan warna celana dan baju cerah yang kontras, merah dan ungu. Fikiranku pun membayangkan penampilanku sendiri, apakah paduan warna baju dan tas yang aku matching juga, hijau (baju) dan biru (tas). Sambil mikir, aku mengalihkan pandanganku ke cewek sebelumnya. Tasnya juga tidak matching dengan baju, ada temanku, kataku. Perempuan aneh sebelumnya sepertinya merasa kalau aku menatapnya dengan aneh, dia melirik padaku dan akupun melihat wajahnya yang menggunakan blush-on merah merona. Dia sepertinya sudah wanita umur 45an , gumanku, apakah dia mahasiswa pasca sambil melirik ke sepatunya. Dia melirik lagi padaku, dan aku menatapnya juga dengan tatapan kosong sekarang. Dia menghentikan langkahnya. Akupun berjalan mendahului dia.

Sesuatu yang aneh terjadi, dia mulai mengeluarkan suara kayak memberikan kode agar aku menoleh namun aku cuek saja sambil jalan. Tiba tiba saja dia menginjak sepatuku sampai kakiku hampir keluar. Aku kaget tapi aku refleks memperbaikinya sambil menatap wajahnya yang sekarang berjalan mendahuluiku sambil bilang "sorry" dengan muka mengejek. Sepertinya sangat kesal dia dengan caraku menatap dia. Dia sekarang berjalan dengan rasa puas karna telah melampiaskan kekesalannya.

Akupun, yang sedang mulai merasa bersalah karna tatapan yang kuberikan padanya, disapa dengan si cewek berpostur kayak diriku tadi. Dia menghampiriku sambil berkata 
"she did on purpose"
dan aku hanya bilang
"oh ya but she did not tell me if she got angry with me".  Jawabku sambil mikir kalau aku kayaknya salah tatap tatap dia tadi.
"She is weird"
"Do you ever see the same case"
" Never, I've never seen her before"
Aku menoleh belakang dan aku melihatnya sedang berada di depan pintu gereja yang biasa kutempati beribadah. Aku melihat dia seperti ingin membuka pintu gereja. Jangan jangan dia gereja disitu juga, fikirku tapi hari minggu kemarin sudah diberitahu bahwa gereja terbuka untuk publik di hari hari biasa.
Si cewek tadi berbelok dan say goodbye, aku yang masih penuh fikiran membalas seadanya dan lupa say thank you karna sudah menyapaku.

Akupun menyebrang bersama sama dengan yang lainnya sambil menoleh kebelakang kalau kalau perempuan aneh itu mengikutiku. Entah kenapa aku tiba tiba takut kalau dia melakukan serangan berikutnya. Kupercepat langkahku dan tidak belok kejalan pulang yang bisanya aku lewati. Takut dia dapat mengamatiku dari halaman gereja.

Aku tidak bisa berhenti memikirkan kejadian ini. Aku kefikiran tentang caraku menatap orang ketika lagi jalan. Memang kadang kadang aku melihat mereka dan ketika lagi mereka menatap wajahku, aku jadi mikir lain jg biasanya. Mungkin ibu itu benar benar bisa merasakan apa yang sedang kufikirkan tentang keanehan tampilannya. Dia sangat kesal dan ingin memberiku pelajaran agar lain kali jangan melihat kaum pelangi dengan tatapan menghujat atau merendahkan.

Moral of the story adalah jangan menatap orang lain saat jalan. Biasakan dirimu meluruskan pandanganmu kedepan tanpa menatap wajah orang orang. Jangan suka kepo memerhatikan setiap orang dijalan. Latih dirimu untuk jalan tanpa peduli orang sekitar. Dengan demikian kamu juga tidak merasa bahwa seseorang sedang mengamati apa yang ada didirimu.

Padahal tadi siang waktu jalan kekampus, aku sempat mikir sekali kali aku mau ambil video keramaian mahasiswa mahasiswa berjalan kaki, seperti semut. Merasa kecil sendiri di tengah kerumunan manusia. Paling suka lihat pas lampu merah dan kita semua beridiri dengan tertibnya berbaris nungguin lampu hijau.

Saat aku masuk ke common building, aku mendapati kepadatan disana. Komputer komputer free yang disiapkan sudah pada kepakai. Akhirnya aku ke gedung depan, perpustakaan yang waktu masa libur sangat sepi jadi aku bisa pilih duduk dimanapun aku mau. Sekarang sudah sangat padat. Meja meja belajar semua terisi. Aku sampai mengecek sampai kelantai 5 padahal biasanya aku dilantai 3. Pengen rasanya diam diam mendokumentasikannya.

Comments

Popular posts from this blog

A Philosophy of Second Language Acquisition (MARYSIA JOHNSON)

Drive by Lyric - Train

Sejarah Lahirnya dan arti kata “Kristen”