Karna terlalu sensitif atau karna sehat?

Sebulan pertama seperti menghitung detik demi detik, hari demi hari. Aku selalu menatap jam dilayarku setiap saat. Agar lupa akan keributan di kepalaku, aku mencatat semua hal yang harusnya kulakukan setiap saat. Kutuangkan dalam bentuk tulisan di catatan harianku agar ku dapat balik dan melihat apa yang ada difikiraku  beberapa saat yang lalu. Sangking banyaknya isi fikiranku, biasanya akan terlupakan beberapa saat kemudian. Aku menyibukkan diriku dengan berbagai hal agar aku tidak merasakan yang namanya homesick. 

Aku tahu ku sudah merantau dan berpindah pindah hampir 20 tahun  namun ini adalah merantau terjauh yang pernah kujalani. Sebuah keputusan paling nekat yang pernah kuambil. Bukannya tidak terfikirkan namun sudah dalam perencanaan yang sungguh sungguh hanya saja kutetap merasa ini adalah sebuah keajaiban dan seperti masih di alam mimpi yang panjang. Terlalu jauh untuk bisa balik jika aku rindu pada kenyamanan yang telah kuadaptasikan pada tubuh dan jiwaku. 10 tahun aku memantapkan hati dan fikiran untuk menikmati suasana lingkungan di kota ketiga yang kuanggap sebagai my hometown. Kini ditempat ini, rasanya aku harus mulai dari awal, to tell my body that you have to fit in  this place for three or four years to come. 

Seperti ada penolakan yang terjadi di dalam diriku namun untungnya telah kulatih sedikit demi sedikit saat aku sedang pelatihan IELTS selama 3 bulan. Saat itu aku mulai meditasi dengan mengintegrasikannya kedalam reflection timeku. Aku melatih fikiranku untuk menenangkan fikiranku yang terlalu ribut dan memberikan kesempatan bagi seluruh tubuhku mendapatkan energy positif sebelum memulai dan menutup hari hariku.

Walau dihati dan firkiranku ku sangat yakin semuanya baik baik saja, reaksi tubuhku tidak bisa berbohong. 2 minggu pertama, aku harus menahan keinginanku untuk melakukan semua permintaannya dan mencoba secara perlahan untuk membuat ke lima indraku terutama kulit, mata, dan lidaku beradaptasi secara perlahan lahan sambil mencoba menata semua hal agar bisa merancang hal hal yang harus dikerjakan seperti makanan yang bisa dikonsumsi, tempat yang dituju untuk berbelanja, barang yang harus dibeli, dan orang atau kawan yang bisa diajak ngobrol.

Mulai observasi semua hal. Dimulai dari makanan yang aku makan. 2 minggu setelah sembuh total dari sakit, selera makan kembali seperti semula, aku mulai rajin, hampir tiap hari aku mengunjungi toko untuk berbelanja. Aku senang sekali aku tinggal di tempat yang dekat dengan supermarket yang menjual bahan bahan makanan segar. Aku fikir aku telah mendapatk sedikit kesamaan dengan Manokwari ini, aku tetap bisa makan nasi, sayur sayur dan buah yang biasa ku konsumsi bahkan aku bisa dapat susu dan daging daging segar. Sangking senangnya aku tiap hari masak daging dan sayur. Aku telah mencatat bahwa aku bisa belajar dan makan dulu di rumah sebelum ke ruanganku di kampus. Dah kususun jadwal harianku. Satu minggu kemudian maka terjadilah reaksi yang tak biasanya. Aku kesusahan buang air besar. Selama ini aku lancar bangat dalam hal ini, tiap pagi tidak pernah absen aku dari panggilan alam ini. Tapi sekarang sudah berubah dan karna aku merasa ini rutinitas wajib, aku paksain dong dan hasilnya aku terkena ciri ciri constipation (sembelit). Seminggu itu rasanya beban berat banget dengan aktifitas satu ini. 

Aku cari tahulah penyebabnya di internet. Aku melihat daftar makanan yang bisa berpotensi bikin constipation dan cara mengatasinya. Aku berfikir yang masuk dalam diet normalku dari sebelumnya hanya roti, daging sapi, dan susu dan memang kata artikelnya ketiga makanan ini bisa jadi penyebabnya. Namun, fikiranku agak menolak kalau aku mengeluarin ketiga makanan ini karna berdasarkan hasil timbanganku, I got my weight back dengan makanan ini. 2 minggu sebelumnya berat badanku turun 2 kg dan dengan makanan ini aku balikan timbanganku. Aku nimbang tiap hari dan aku bisa observe perbedaan ketika aku hanya makan telur atau daging ayam dan sayur saja dengan makan daging sapi. Aku putuskan tetap makan daging tapi cari sayur dan buah yang katanya bisa perlancar pencernaan  fikirku saat itu. Pergilah ku membeli pisang dan sayur kol beserta carrot (wortel). Malam itu juga sukses. Aku senang, boleh ni, jadi aku sekalian bisah mindain kegiatan ini ke malam hari, bukan lagi dipagi hari, aku masak sayur ini di malam hari saja ahahah sambil tertawa bahagia sendiri seperti anak kecil yang sudah berhasil dapat nilai 10 di pelajaran Matematika.

Bersambung de, mau siap siap ke gereja
Mau siap siap dulu
Sambung lagi dilain waktu

Comments

Popular posts from this blog

A Philosophy of Second Language Acquisition (MARYSIA JOHNSON)

Sejarah Lahirnya dan arti kata “Kristen”

Drive by Lyric - Train