Menjadi dewasa secara rohani

Sama seperti fisik kita yang  mengalami pertumbuhan dari anak bayi menjadi dewasa, demikian juga secara rohani, kita harus mengalami pertumbuhan dari anak-anak secara rohani menjadi dewasa secara rohani. Dalam pertumbuhan kita secara fisik kita memerlukan makanan dan minuman yang dapat membantu tubuh kita berproses menjadi dewasa, demikian pula dengan rohani kita, kita butuh makanan rohani untuk membantu kita berproses menuju kepada kedewasaan secara rohani. Lain halnya fisik kita yang akan bertumbuh seiring jalannya waktu,  kehidupan rohani kadang tidak sejalan dengan lamanya seseorang datang ke gereja.  Ada yang sudah lama ikut Tuhan tetapi tidak mengalami pertumbuhan, ada juga yang yang baru ikut Tuhan tetapi mengalami pertumbuhan yang cepat dalam rohaninya. ada orang yang tua tetapi tetap masih kanak-kanak kerohaniannya, ada yang masih muda tetapi dewasa rohaninya. Mengapa?
          Ada orang yang lamban dalam mendengar :” …………karena kamu telah lambat dalam mendengarkan , sebab sekalipun kamu ditinjau dari sudut  waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari pernyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras”( Ibrani 5:11). Adapulah orang yang mengeraskan hati, yang kesukaannya hanya mendengarkan tetapi tidak mau menurutinya. Tuhan Yesus  mengumpamakan Orang seperti ini seperti orang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas pasir.
          Kedewasaan kita secara rohani dapat di lihat dari cara kita berkata-kata, berfikir, dan menanggapi segala keadaann (apa yang kita rasakan): “ ketika aku kanak-kanak, aku berkata seperti kanak-kanak,aku merasa seperti kanak-kanak, aku berfikiir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu” (1 korintus 13:11).   
Perkataan bijak mendatangkan kemulian bagi Tuhan dan menyenangkan sesama, untuk itulah kita diajar untuk mengendalikan lidah kita yang merupakan bagian tubuh kita yang sangat sulit untuk dijinakkan:”tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan, dengan lidah kita memuji Tuhan, dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah” Yakobus 2:8-9).

Apa yang harus kita fikirkan? 
selalu berfikir positif :”……. Semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap di dengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semua itu”(Filipi 4:8)


Menjaga hati
Kita  harus belajar membuang jauh-jauh rasah iri hati. Sebab iri hati mendorong kita merasa susah kalau orang lain senang dan senang kalau orang lain susah. Kita harus tahu kalau akar dari iri hati berawal dari menyimpan segalah kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, dan fitna ( Efesus 4:31). Untuk membuang rasa iri hati, kita perlu belajar memiliki kasih didalam diri kita, karena dengan kasih kita dapat bertahan dalam berbagai tantangan. Kasih bukan hanya sekedar kita mengasihi orang yang mengasihi kita, karena jika demikian apakah upah kita? orang-orang yang tak mengenal Allah pun juga melakukan itu. Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan, dan tidak mencari keuntungan sendiri, ia tidak pemarah, dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, ia tidak bersukacita karena ketidak adilan, tetapi karena kebenaran” (1 korintus 13:4-8).

Sepertinya Tuhan memiliki standar yang sangat tinggi untuk menyebut kita sebagai orang-orang yang dewasa secarah rohani. Kita sepertinya tidak akan mampu memenuhi standar ini, untuk kita perlu penyerahan diri yang seutuhnya kepada Tuhan yang memberi kita kekuatan dan membiarkan DIA sendiri yang berkarya didalam diri kita. Kita perlu mengenal Allah lebih mendalam seraya berkata “ Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya, dan persekutuan dalam penderitaanNya, dimana aku menjadii serupa dengan DIA dalam kematianNYA supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati( Filipi 3:10).
Saat kita tingal dalam Tuhan, maka kita akan mengalami pertumbuhan yang sempurna karena kita berada dalam pokok yang kuat dan perkasa. Pertumbuhan yang sempurna akan menghasilkan buah yang lebat: “ Akulah pokok anggur dan kamulah rantng-rantingnya. Barang siapa tinggal didalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab diluar Aku kamu tidak dapat berbuah apa-apa” firman Yesus  (Yohanes  15:5). Jika saat kita tahu bahwa kita dalam Tuhan dan Dia di dalam kita, buah apa yang sudah kita hasilkan?
Dalam Markus 10:45 Yesus berkata :” karena anak manusia juga dataang bukan untuk dilayani, melainkkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-NYA menjadi tebusan bagi banyak orang” anak manusia yang merujuk kepada diriNya sendiri/Yesus memberikan suatu teladan pelayan kepada sesama, supaya kita bisa melakukan hal yang sama: “ dalam segalah seusatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa  dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab ia sendiri telah mengatakan adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima” (kisah para rasul 20:35).
Dalam proses pendewasaan rohani, kita harus bersedia menjalani proses Allah. Proses pembentukan Allah biasanya menyakitkan. Hal ini, Tuhan ijinkan agar yang keras menjadi lembut, yang angkuh menjadi rendah hati, dan yang memberontak menjadi taat. Menjadi dewasa tidak terjadi secara otomatis. Perlu proses dan waktu. Untuk memulainya kita perlu mengambil komitmen untuk bertumbuh. Komitment merupakan hal yang kita fikirkan dan putuskan secara sadar. Tuhan tidak mengubah apa yang tidak mau berubah: “ …….. berubahlah oleh pembaharuan akal budimu, sehingga kamu dapat membedahkan manakah kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 11:2).
Kita dituntut untuk percaya bukan hanya melalui perkataan, tetapi perluh ada pembuktian. Kita perlu adanya pembaharuan hidup yang nyata, malalui sikap, tutur kata dan tindakan. Untuk itu kita perlu mengalami Tuhan secara pribadi. “ Rick Warren, pendeta senior gereja Saddleback mengatakan “ adalah suatu kekeliruan jika orang berfikir bahwa kerohanian seseorang akan bertumbuh melalui studi alkitab saja. Selalu banyak ditemukan mereka yang makin belajar alkitab lalu pulang ke gereja menjadi para pengkritik bahkan ada satu dua yang mencoba-coba mengadakan reformasi di gereja.

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah Lahirnya dan arti kata “Kristen”

Apa saranmu bagi anak baru masuk dunia kerja?

PRONOUNS OF POWER AND SOLIDARITY