Sahabat atau hakim

Kalau Qw mikir-mikir kadang Qw ga bisah menjadi seperti yang orang harapkan karena Qw sering salah menempatkan diri. Kadang Qw ingin jadi sahabat tapi pada kenyataannya kadang Qw seolah-olah jadi hakim bagi mereka.
Ini dia jadi dilema dalam logika berfikir Qw. Qw kadang mikir Qw yang salah atau orang yang salah menilai Qw (ah ini dia titik yang kadang melemahkan, antara merasa bersalah atau menyalahkan orang, antara kerendahan hati untuk mengaku salah atau egois). Saat Qw mau mengambil waktu untuk merenungkan ini, maka timbullah sebuah kata praduga bersalah dan tak bersalah.
Ternyata ada beberapa hal yang harusx Qw pahami dalam menempatkan diri Qw dalam posisi yang benar, tanggung jawab dalam MENASEHATI,MENEGUR,MENGAJAR atau malah MENGHAKIMI. Qw harus akui kalo rusaknya sebuah hubungan baik; hubungan antara ayah dan ibu, ortu dgn anaknya, kakak dengan adik, teman atau sahabat, bahkan tetangga sebelah or tetangga jau, dan hubungan lain sebagainya asal jangan antara anjing dan tuannya itu disebabkan adanya ketidak mengertian akan posisinya masing-masing, kadang belom tahu menempatkan diri pada posisi yang sebenarnya.
QW shi bukan pakarnya untuk ini, tapi satu hal yang Qw pahami yaitu apapun posisi Qw, Qw harus menghindari yang namanya MENGHAKIMI. Ketika Qw lagi bingung menghadapi seseorang, maka Qw lebih baik mengambil langkah untuk diam.
Qw saat ini masi terus belajar gimana Bahasanya memberi NASEHAT yang benar, sehingga tak disalah pahami menjadi "MENGAJAR" gimana bahasanya MENEGUR yang gak di salah pahami sebagai "MENGHAKIMI" dan pada akhirnya Qw bisah memahami bagaimana menjadi SAHABAT SEJATI seperti kata AmZal 1:7 dan bukanya jadi SAHABAT yang tanpa sadar menjadi sang HAKIM.

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah Lahirnya dan arti kata “Kristen”

A Philosophy of Second Language Acquisition (MARYSIA JOHNSON)

PRONOUNS OF POWER AND SOLIDARITY