Pantaskah aku marah, sedih atau bahagia sembarangan?
Tidak bisa mengamuk langsung depan orang, memilih menahan diri, tapi akan tersimpan dan setiap saat bisa teringat kembali. Marah dan kecewa, memilih tidak percaya lagi sama orang tersebut dalam waktu tertentu sampai benar benar lupa dan memberi maaf. Lamanya waktu untuk memaafkan seutuhnya berdasarkan level kekesalan yang ditimbulkan dihati dan dampak yang ditimbulkan bagi kehidupanku yang fana ini.
Tapi pada dasarnya sering memberi maaf karna aku tahu ku juga tidak sempurna. Ada juga momen dimana ku mengecewakan orang lain dan tentunya ku berharap banyak orang tersebut akan melupakan kesalahanku, tak menyimpan kesalahanku dalam waktu lama.
Merelease kemarahan biasanya kulakukan dengan menulis. Aku merasa bebas mengekspresikan semua kekesalan di hati diatas kertas (dahulu) tapi sekarang di note samsung. Hati menjadi lega ketika selesai curhat. Ada 2 tempat favorit bercerita: Doa dan tulisan. Aku merasa rahasia hatiku aman disana. Tidak akan menjadi isu yang balik menyerangku seperti yang bisa dilakukan oleh teman teman yang masih diragukan kesiapan hatinya menyimpan dan menerjemahkan curhatan hati seorang teman.
Pernah kumendengar seorang teman bercerita bagaimana dia tersinggung mendengar cerita mertua perempuannya ke dia. Dia menganggap cerita itu sebagai sindiran sementara ku fikir ibu mertuanya hanyalah sekedar ingin berbagi cerita. Ku jadinya tersadar bahwa kisah yang kita ungkapkan bisa jadi bermakna buruk bagi si pendengar.
Entah kapan kumulai jadi sangat malas bercerita, namun aku ingat dari dulu memang aku sangat malas mendengar orang curhat. Aku lebih senang berdiskusi tentang topik-topik lain seperti film, artis, buku dan lain sebagainya. Aku tidak bisa betah lama lama mendengar orang menceritakan keluh kesahnya. Aku merasa kurang pandai memberi respon yang benar sampai suatu kali aku stuck pada sebuah kenyataan dimana aku harus menjadi pendengar setia, tidak ada pilihan lain selain membiasakan diri diam mendengar. Aku mulai merasakan itu sebagai sebuah beban berat bagiku sementara aku tidak bisa dengan bebas melepaskan beban itu kesiapapun.
Setelah terbiasa menampung cerita hidup orang lain, aku tanpa sadar mengembangkan kemampuanku dalam memahami isi fikiran (hati) orang lain. Tak hanya itu aku juga mulai mengenali diriku dengan baik serta menemukan apa yang sesungguhnya kuinginkan. Yang paling menarik adalah, aku mulai mengembangkan kebiasan baru yaitu mulai rutin menulis. Rutintinas ini secara perlahan tapi pasti berdampak pada pengembangan skill menulis. Aku yakin suatu hari nanti aku bisa jadi penulis yang hebat walaupun mungkin di masa mendatang penulis handal mungkin tidak dibutuhkan lagi seiiring kemajuan teknologi dan industri robot beserta kawannya AI.
Biasanya aku akan aktif menulis ketika ku merasa tersakiti atau terbebani dengan masalah atau omongan orang lain dan tidak sibuk dengan pekerjaan. Akhir-akhir ini, berhubung sudah tidak sibuk dan sedang dalam masa menunggu, curhat ditulisan adalah sebuah tempat refreshing yang indah. Ditengah ketidak pastian ingin bahagia atau sedih, aku ingin berkata bahwa jalan menuju sukses biasanya jalan sepi. Ada orang yang tak bisa mendengar cerita suksesmu karna bagi mereka itu bisa membuat mereka insecure atau merasa tersaingi, ada juga yang jadi gelisah. Yang menjadi kesedihan terbesar aku sebagai perempuan adalah aku dianggap kasihan hidupnya karena hanya mengejar karir dan pendidikan saja. Ku jadinya merasa ada di ruang dan waktu dimana aku merasakan kebahagiaanku direnggut dengan pandangan orang lain. Mempertanyakan usahku sendiri dengan kalimat "pantaskah aku berbahagia?"
It is a story for another day.
Tapi pada dasarnya sering memberi maaf karna aku tahu ku juga tidak sempurna. Ada juga momen dimana ku mengecewakan orang lain dan tentunya ku berharap banyak orang tersebut akan melupakan kesalahanku, tak menyimpan kesalahanku dalam waktu lama.
Merelease kemarahan biasanya kulakukan dengan menulis. Aku merasa bebas mengekspresikan semua kekesalan di hati diatas kertas (dahulu) tapi sekarang di note samsung. Hati menjadi lega ketika selesai curhat. Ada 2 tempat favorit bercerita: Doa dan tulisan. Aku merasa rahasia hatiku aman disana. Tidak akan menjadi isu yang balik menyerangku seperti yang bisa dilakukan oleh teman teman yang masih diragukan kesiapan hatinya menyimpan dan menerjemahkan curhatan hati seorang teman.
Pernah kumendengar seorang teman bercerita bagaimana dia tersinggung mendengar cerita mertua perempuannya ke dia. Dia menganggap cerita itu sebagai sindiran sementara ku fikir ibu mertuanya hanyalah sekedar ingin berbagi cerita. Ku jadinya tersadar bahwa kisah yang kita ungkapkan bisa jadi bermakna buruk bagi si pendengar.
Entah kapan kumulai jadi sangat malas bercerita, namun aku ingat dari dulu memang aku sangat malas mendengar orang curhat. Aku lebih senang berdiskusi tentang topik-topik lain seperti film, artis, buku dan lain sebagainya. Aku tidak bisa betah lama lama mendengar orang menceritakan keluh kesahnya. Aku merasa kurang pandai memberi respon yang benar sampai suatu kali aku stuck pada sebuah kenyataan dimana aku harus menjadi pendengar setia, tidak ada pilihan lain selain membiasakan diri diam mendengar. Aku mulai merasakan itu sebagai sebuah beban berat bagiku sementara aku tidak bisa dengan bebas melepaskan beban itu kesiapapun.
Setelah terbiasa menampung cerita hidup orang lain, aku tanpa sadar mengembangkan kemampuanku dalam memahami isi fikiran (hati) orang lain. Tak hanya itu aku juga mulai mengenali diriku dengan baik serta menemukan apa yang sesungguhnya kuinginkan. Yang paling menarik adalah, aku mulai mengembangkan kebiasan baru yaitu mulai rutin menulis. Rutintinas ini secara perlahan tapi pasti berdampak pada pengembangan skill menulis. Aku yakin suatu hari nanti aku bisa jadi penulis yang hebat walaupun mungkin di masa mendatang penulis handal mungkin tidak dibutuhkan lagi seiiring kemajuan teknologi dan industri robot beserta kawannya AI.
Biasanya aku akan aktif menulis ketika ku merasa tersakiti atau terbebani dengan masalah atau omongan orang lain dan tidak sibuk dengan pekerjaan. Akhir-akhir ini, berhubung sudah tidak sibuk dan sedang dalam masa menunggu, curhat ditulisan adalah sebuah tempat refreshing yang indah. Ditengah ketidak pastian ingin bahagia atau sedih, aku ingin berkata bahwa jalan menuju sukses biasanya jalan sepi. Ada orang yang tak bisa mendengar cerita suksesmu karna bagi mereka itu bisa membuat mereka insecure atau merasa tersaingi, ada juga yang jadi gelisah. Yang menjadi kesedihan terbesar aku sebagai perempuan adalah aku dianggap kasihan hidupnya karena hanya mengejar karir dan pendidikan saja. Ku jadinya merasa ada di ruang dan waktu dimana aku merasakan kebahagiaanku direnggut dengan pandangan orang lain. Mempertanyakan usahku sendiri dengan kalimat "pantaskah aku berbahagia?"
It is a story for another day.
Comments
Post a Comment